Kamis, 20 April 2023

3.1.a.8 Koneksi Antarmateri Modul 3.1

 



Kesimpulan

Koneksi Antarmateri Modul 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN

SEBAGAI PEMIMPIN

Oleh

Febe Kristiyani

Guru Kelas 1 SDS Santo Leo II

CGP Angkatan 7 DKI Jakarta

Setelah mengikuti modul 3.1, berikut ini kesimpulan yang dapat saya buat, dengan menggunakan beberapa pertanyaan panduan.

1.   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara Pratap Triloka memberikan pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara dan hingga sampai saat ini masih menjadi landasan untuk berpijak para pendidik adalah Ing Ngarso Sung tulodo (seorang pemimpin di depan menjadi teladan) Ing Madya Mangun Karsa seorang pemimpin di tengah harus mampu memberikan dorongan semangat dan motivasi) Tut Wuri Handayani (di belakang seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan) yang artinya adalah seorang pemimpin atau guru harus mampu menjadi teladan dan memberikan semangat dan motivasi serta mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya.

Ki Hajar Dewantara berpandangan bahwa sebagai seorang guru maka harus memberikan teladan atau contoh praktik baik kepada murid dalam setiap pengambilan keputusan (Ing Ngarso Sung tulodo).  Seorang guru harus memberikan Karsa atau usaha keras (ing Madyo Mangun Karso ) sebagai wujud filosofi Pratap Trilogi. Dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri guru hanya sebagai Pamong yang mengarahkan, membimbing dan menuntun  murid menuju kebahagiaan hal ini sesuai dengan filosofi Pratap triloka Tut Wuri Handayani.

2.   Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seharusnya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu memberikan dampak positif dan dapat mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika seorang guru berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, ketika berada di situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita untuk berpikir secara seksama dalam mengambil keputusan yang benar.

Keputusan yang akhirnya diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh guru. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya. Selain itu juga keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Prinsip – prinsip yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan yaitu :

a)      Berpikir berbasis hasil akhir ( End based thinking)

b)     Berpikir berbasis peraturan ( Rule based thinking)

c)      Berpikir berbasis rasa perduli (Care based thinking)

Dalam setiap pengambilan keputusan yang akan kita ambil pasti akan ada konsekuensi yang mengikuti serta keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal yang berpihak kepada siswa.

3.   Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi “coaching” yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan kemitraan yang sangat penting dalam menggali suatu kasus atau masalah yang sebenarnya terjadi, baik masalah yang dari dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki oleh orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis atau runtut. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbingan yang selama ini  telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan di kemudian harinya.

TIRTA memiliki arti air atau bisa disebut juga mengalir sehingga TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibangun mengalir saja seperti air dan dengan  semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan mengingat tujuan coaching, yaitu untuk menumbuhkan potensi murid agar menjadi lebih baik lagi. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

TIRTA akronim dari :

: Tujuan         

: Identifikasi

: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

4.   Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Kemampuan sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seorang guru di kelasnya karena sebagai pemimpin pembelajaran guru harus mengambil keputusan-keputusan yang akan menghasilkan keputusan yang bijaksana dan berdampak positif bagi murid dan lingkungannya.  

Sebagai seorang guru atau pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Oleh karena itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terfasilitasi dengan baik.  

5.   Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Seorang pendidik harus mengutamakan kepentingan murid atau berpihak pada murid.  Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai cara pandang  selain itu  pendidik  juga harus  mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6.  Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat terkait dengan kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Selain itu jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah pengmabilan dan pengujian keputusan, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 

7.   Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang terjadi di lingkungan saya  karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

 8.  Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Menurut pendapat saya, pengaruh pengambilan keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekan murid adalah sangat berpengaruh besar. Karena jika setiap keputusan yang diambil  tersebut sudah berpihak kepada murid dan mengutamakan kepentingan murid misalnya dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratny sehingga setiap pengmbilan keputusan belum mengarah pada pengajaran yang memerdekan murid.

9.   Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran ketika melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi individu  yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi , keterampilan atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

FacebookTwitterMoreTelegramWhatsApp

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya mengenai konsep-konsep yang dipelajari yaitu

Dilema etika merupakan dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.

Tentu seringkali guru menemui atau menghadapi situasi dimana harus mengambil keputusan yang di situ terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Dalam modul ini sangat jelas bahwa sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Empat paradigma pada pengambilan keputusan yaitu:

1. Individu lawan kelompok (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:

·         Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

·         Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

·         Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sbb:

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
  4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
  5. Pengujian paradigma benar atau salah
  6. Prinsip pengambilan keputusan
  7. Investigasi tri lema
  8. Buat keputusan
  9. Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya hanya berdasarkan benar menurut pandangan saya saja atau jika saya agak ragu-ragu saat mengambil keputusan maka saya akan minta pendapat orang lain jika masih ragu-ragu maka saya tetap akan mengambil keputusan berdasarkan cara pandang saya sendiri. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya cukup menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan memiliki resiko paling kecil.

     

12.    Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul 3.1, dalam menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema biasanya saya hanya menggunakan prinsip  pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking dan saya tidak pernah menguji kembali keputusan yang pernah saya ambil, tetapi sekarang setelah mempelajari modul ini saya mulai mempraktekkan dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Perbedaan yang saya alami setelah mengikuti modul ini saya lebih tenang setelah pengambilan keputusan tidak ragu-ragu dengan keputusan yang telah saya putuskan atau ambil.

13.    Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah saya mempelajari modul 3.1, saya menjadi lebih yakin dan percaya diri dalam mengambil keputusan terkait kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses analisa paradigma dan prinsip pengambilan keputusan serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Keputusan yang saya ambil juga saya usahakan berpihak pada murid dan bukan karena belas kasihan atau kepedulian. Segala keputusan yang saya ambil kini lebih berdampak positif terhadap lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman dan kondusif. Melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan, saya merasa semua Langkah tertata dan terbantu dalam setiap penyelesaian kasus dilema etika yang saya hadapi.

14.    Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin topik pada modul 3.1 ini sangat penting sekali bagi saya. Karena  modul 3.1 ini sangat membantu saya dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu sebagai guru ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang gegabah atau merugikan orang banyak. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat hanya berdasarkan belas kasihan dan rasa peduli tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan tetapi sekarang saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri memutuskan segala kasus baik dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan. Saya semakin percaya diri  dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan selalu mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh ini selain itu saya  akan terus melakukan lebih banyak latihan dan pembelajaran.

 

Selasa, 21 Februari 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1


 

Koneksi Antar Materi

Modul 2.1

Pembelajaran Untuk Memenuhi

Kebutuhan Murid

 

Oleh

Febe Kristiyani, S.Pd.

Guru Kelas 1 SDS Santo Leo II

Jakarta Barat

 

Calon Guru Penggerak Angkatan 7

DKI Jakarta

 

 

Pertanyaan

1.    Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.

2.   Jelaskan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Jelaskan pula bagaimana Anda melihat kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.

Jawaban

1.1  Menurut pemahaman saya pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan murid.  Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

1.2 Pembelajaran Diferensiasi akan berhasil dilakukan di kelas jika guru dapat mengindentifikasi kebutuhan murid dengan baik dan dapat memberikan pembelajaran sesuai dengan identifikasi kebutuhan murid.

2.1    Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal jika guru dapat memenuhi kebutuhan murid. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menuliskan bahwa  kebutuhan belajar murid paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu: Kesiapan belajar murid (readiness) ,  Minat murid ,  Profil belajar murid. Sebagai guru, kita  tentu paham bahwa murid akan menunjukkan hasil kerja atau kemampuan  yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan kompetensi atau keterampilan dan pemahaman yang sudah mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar/ readiness), jika tugas-tugas tersebut menggugah rasa keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), atau jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

2.2    Keterkaitan materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak  yaitu:

·         Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran adalah bahwa pendidikan itu harus disesuaikan dengan kondisi geografis dan minat anak dan harus dipastikan sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu dalam pendidikan dan pengajaran  harus dibuat menyenangkan dan tidak memaksakan kehendak kepada kebutuhan anak. Guru hanya menuntun bukan memaksakan kehendak anak. Relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saaat ini masih sangat relevan terbukti dengan kurikulum pemerintah saat ini masih menekankan pada pendidikan karakter anak dan selain itu juga menekankan pada keterampilan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tujuan pendidikan menurut  Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdifrensiasi sangat sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara karena dengan melakukan diferensiasi maka guru sedang memanusiakan manusia membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak memaksakan kehendak guru kepada anak.

·    Pembelajaran diferensiasi akan berhasil jika guru memiliki nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai guru penggerak yaitu nilai Mandiri,  Reflektif,  Kolaboratif, Inovatif serta Berpihak pada peserta didik. Sedangkan untuk  peran guru penggerak menjadi pemimpin pembelajaran menggerakkan komunitas praktisi mendorong kolaborasi antar guru mewujudkan kepentingan murid.

·         Visi dapat diibaratkan sebagai bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah untuk mencapai tujuannya. Penggambaran visi yang jelas tentang keadaan di masa depan dapat membantu guru untuk merencanakan dan menyelaraskan upaya-upaya mewujudkannya. Visi Guru Penggerak harus berpihak kepada murid karena mendidik bukanlah sekedar pekerjaan admistratif tetapi menuntun murid untuk dapat berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing. Oleh karena itu diperlukan pendekatan untuk dapat mewujudkan visi yang berpihak pada murid. Untuk mewujudkannya dengan menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif (IA) adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan (Cooperrider & Whitney, 2005). Dengan melakukan pemebelajaran diferensiasi maka visi dan misi  yang telah disusun akan dengan sangat mudah dilaksanakan karena visi dan misi sudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

 

Demikian jawaban saya dari pertanyaan-pertanyaan pada sesi Koneksi Antar Materi Modul 2.1

Semoga dapat bermanfaat dan mari semua guru Indonesia bergerak , belajar, berbagi dan selalu bermakna.

Salam sehat dan bahagia

 

Sabtu, 11 Februari 2023

AKSI NYATA GURU PENGGERAK MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 

I.               PENDAHULUAN

Pasca pandemi sistem pendidikan mengalami dampak yang sangat memprihatinkan khususnya peserta didik dengan fenomena krisis karakter. Generasi muda menjadi kecanduan dengan gadget sehingga membuat mereka mulai tidak mempedulikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Sebagaii pendidik kita perlu menerapkan kembali budaya positif pada peserta didik di lingkungan sekolah agar mereka memiliki karakter yang berpedoman pada Profil Pelajar Pancasila.

Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai keyakinan dan asumsi dasar yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini di sekolah budaya positif tersebut berisi kebiasaan-kebiasaan yang sudah disepakati bersama dan dijalankan dalam waktu yang lama dengan memperhatikan kodrat anak dalam hal ini kodrat alam dan kodrat zaman serta keberpihakan pada anak.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantoro yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat

II.      TUJUAN

Tujuan dari aksi nyata Budaya Positif ini yaitu

Mendidik peserta didik untuk melakukan pembiasaan positif di sekolah.

Menumbuhkan sikap tanggung jawab pada diri atas pemilihan aspirasi idenya melalui kesepakatan kelas.

Mengembangkan bernalar kritis dan inisiatif yang tinggi pada diri peserta didik

Menumbuhkan rasa saling menghargai diri sendiri dan orang lain

III.     TOLAK UKUR

Tolak Ukur dari kegiatan ini adalah mewujudkan peserta didik yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila. Terwujudnya murid yang “Sehat, Bermutu Unggul dan Berpijak pada Akhlak Luhur sebagai bentuk budaya positif di sekolah”

IV.     Liminasi Kegaitan yang dilakukan

Rincian dari kegaitan aksi nyata adalah sebagai berikut

Minggu ke-1. Meminta ijin dan dukungan kepada Kepala Sekolah terkait aksi nyata yang akan dilakukan. Tgl. 23 Januari 2023

Minggu ke-2. Pengenalan budaya postif ke peserta didik melalui kesepakatan kelas, keyakinan kelas dan membimbing peserta didik dalam penerapan aksi nyata budaya positif Tgl. 2 Februari 2023.

Minggu ke-2. Mensosialisasikan ke rekan guru melalui diseminasi pengimbasan budaya positif di sekolah Tgl. 3 Februari 2023

Minggu ke-4 Pembentukan komunitas praktisi "SOLUTIP" Santo Leo Praktek Budaya Positif Tgl. 6 Februari 2023

V.      DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

Untuk kelancaran dari aksi nyata yang dilakukan khususnya di sekolah pasti membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yaitu Kepala Sekolah, rekan sejawat, peserta didik dan orang tua.

VI.     HASIL DARI AKSI NYATA

kegiatan aksi nyata melalui kesepakatan, keyakinan di kelas membuat peserta didik lebih percaya diri dan meyakini bahwa mereka adalah pribadi yang berkarakter.

Melalui diseminasi budaya positif, guru -guru semakin memahami bahwa budaya posiiif akan terwujud jika guru menjadi pembimbing dalam penerapan disiplin positif di sekolah.

VII.    DOKUMENTASI

Berikut ini bukti dari video aksi nyata Budaya Positif yang telah dishare di youtube dan Platfom Merdeka Mengajar.



https://youtu.be/qnVGNv1B9qw

https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/223598

 

Mari tetap semangat dan terus belajar untuk perubahan dunia pendidikan yang lebih baik.

Salam sehat dan bahagia



Minggu, 18 Juli 2021

GENGGAM DUNIA DENGAN MENULIS

 


 


Judul              : Genggam Dunia Dengan Menulis

Resume ke      : 3

Gelombang     : 20

Tanggal          : 16 Juli 2021

Tema               : Membongkar Rahasia Menulis Hingga Menerbitkan Buku

Narasumber   : Ritawati, S.Kom

 

Padat merayap pekerjaan yang saya hadapi,  pekerjaan terasa penting semua dan harus selesai hari ini, tanpa disadari satu persatu pekerjaan itu mulai seperti menjadi tali jerat yang mengikat aktivitas sehingga hari-hari yang dilalui menjadi terasa berat karena terlalu banyak pekerjaan.

Malam hari ini saya ada kegiatan  belajar menulis bersama PGRI pertemuan ketiga gelombang ke-20 , rasa malas dan enggan mulai menghinggapi mulai terdengar suara  dari diri sendiri untuk tidak mengikuti kegiatan ini mulai berpikir untuk tidak meneruskan kegiatan ini.

Dalam kelelahan tersebut saya teringat sebuah kalimat bahwa menulis itu harus menjadi sebuah kebiasaan kalau belum menulis ada yang kurang sepanjang hari , saya mulai berpikir ulang hari ini ada yang kurang dari diri saya tidak ya? dan iya saya merasakan ada yang kurang ada sesuatu yang belum lengkap di diri saya.

Puji Tuhan akhirnya saya bersemangat mengikuti belajar menulis bersama PGRI,  malam hari ini moderatornya adalah Bambang Purwanto dan narasumbernya  Ritawati, S.Kom mengajar mapel informatika di SMP Negeri 2 Mendoyo Provinsi Bali dengan tema Membongkar Rahasia Menulis Hingga Menerbitkan Buku.

Kegiatan pertama diisi dengan pengalaman narasumber dari awal menulis sampai menjadi sukses,  hari ini beliau memberikan materi tentang membongkar rahasia menulis hingga menerbitkan buku selanjutnya narasumber menanyakan apa tujuan peserta belajar menulis, banyak peserta  yang menjawab dan jawabannya sangat beragam.

Saya termangu, pertanyaan sederhana itu mulai membuat pikiran saya berputar cepat, apa ya tujuan saya menulis hingga mau mengikuti pelatihan ini dan akhirnya saya menemukan jawaban karena saya hanya ingin  membuktikan pada diri saya sendiri bahwa saya bisa menulis.

Saya senang menulis saya hanya ingin menulis dan menulis tetapi saya tidak bisa menulis yang sesuai ketentuan dan aturan,  saya suka menulis sesuai dengan apa yang ada di pikiran saya karena itu saya mengikuti pelatihan belajar menulis ini supaya saya mampu menulis sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku dan tidak asal-asalan menulis.

Ada banyak Tujuan orang menulis sekedar ingin belajar, terpaksa karena syarat naik pangkat,  hobi dan  menambah penghasilan. Tetapi sebenarnya manfaat menulis dari segi kesehatan, yaitu:

Æ  Meredakan stres

Æ  Memecahkan masalah dengan lebih baik

Æ  Menuangkan perasaan sesuai keinginan

Æ  Memperbaiki suasana hati

Æ  Meningkatkan daya ingat

 

Sedangkan manfaat menulis menurut para ahli, yaitu:

{  Dapat meningkatkan kecerdasan

{  Mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas

{  Menumbuhkan keberanian

{  Mendorong kemauan dan kemampuan

{  Mengumpulkan informasi

 

Narasumber menyampaikan beberapa rahasia untuk bisa  menulis adalah sebagai berikut:

Ø  Menguasai  diri sendiri

Ø  Membaca buku-buku

Ø  Tulis semua ide yang muncul hingga tuntas

Ø  Abaikan PUEBI untuk sementara.

Ø  Latih menulis setiap hari (mulai dari 100 kata, 400 kata hingga 1000 kata.)

Ø  Membuat peta konsep / TOC

Ø  Tidak takut menunjukkan gagasan baru

 

Penulis pemula sangat  bagus untuk belajar menulis di Blog, berikut adalah alasan mengapa penulis harus memulai belaajr menulis di Blog:

P Blok salah satu media yang dapat mempublikasikan karya tulis tanpa harus takut ditolak.

P Tulisan yang kita tulis tidak hanya dibaca oleh teman dekat tapi juga akan dibaca oleh orang di seluruh dunia

P Jika setiap hari kita menulis di blog satu tulisan saja sekitar 2-3 lembar maka dalam sebulan kita sudah dapat menerbitkan satu buku.

Tetapi kenyataannya tidak semudah itu, banyak masalah yang dihadapi oleh penulis, beberapa masalah yang yang dialami oleh penulis, yaitu:

I  Susah ide

I  Miskin kosa kata

I  Sulit merangkai kata

I  Menunda-nunda

I  Bingung mau menulis apa

I  Tidak Percaya Diri

I  Merasa tulisannya jelek/ tidak layak untuk di baca

Dan memang benar, semua itu saya alami sendiri terkadang kita harus berjuang untuk melawan dan mengatasi masalah-masalah yang muncul tersebut.

Tetapi tenang karena narasumber memberikan solusi untuk semua masalah tersebut, solusinya adalah membaca dan menulis. Semakin sering kita menulis dan membaca maka kita akan semakin memiliki perbendaharaan kata yang menumpuk dan di dalam otak kita. sehingga kita kan menulis dengan mengalir begitu saja tanpa berpikir panjang.

Kesimpulan pertemuan hari ini , dengan menulis kita bisa melihat dunia luar yang mungkin kita terbatas untuk menjangkaunya , mari mulai untuk menulis dan jangan pernah berpikir untuk berhenti menulis.

Tetap semangat dan teruslah belajar untuk menulis.

 

3.1.a.8 Koneksi Antarmateri Modul 3.1

  Kesimpulan Koneksi Antarmateri Modul 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN Oleh Febe Kristiy...